About

blog ini berisi materi pembelajaran IPS SMP.

Jumat, 04 September 2020

MENGENAL LEBIH DEKAT PENDIRI ASEAN


 Mengenal Lebih Dekat Pendiri ASEAN

ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations merupakan organisasi kerjasama internasional yang diikuti oleh 10 negara di Asia Tenggara.

Negara pendiri ASEAN antara lain adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura.

Masing-masing negara mengirimkan 1 wakilnya yang menjadi tokoh pencetus berdirinya ASEAN. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok yang diselenggarakan di kota Bangkok, Thailand. Kerjasama internasional ASEAN ini mencakup bidang ekonomi, politik, olahraga dan lain-lain.Untuk tau lebih tentang bagaimana ASEAN terbentuk, kamu bisa baca dulu artikel Latar Belakang Berdirinya ASEAN.

1. Indonesia (Adam Malik)

Tokoh Pendiri Asean yang pertama adalah Adam Malik. “Si Kancil”, begitulah Adam Malik Batubara dijuluki kolega dan teman-teman. Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917 ini merupakan putra pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis.Sedari kecil kegemarannya menonton koboi. Ia sangat senang adegan tembak-tembak di film tesebut. Ketika usianya bertambah, kecintaannya terhadap buku mulai tumbuh. Wawasannya bertambah saat kemahirann bahasa Belandanya mulai terasah di HIS. Pengalaman di dunia politik kali pertama dimulai ketika aktif di Partindo Pematang Siantar. Ia bersama rekan seperjuangannya ikut mendorong perjuang merebut kemerdekaan. 

Selain aktif beroganisasi, Adam Malik juga menulis di berbagai surat kabar. Ia pun tercatat berperan penting dalam pendirian Kantor Berita Antara pada 1937, bersama Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna. Setelah Jepang kalah dari Sekutu, Adam Malik bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, dikenal sebagai tokoh pemuda, escrow Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk pulang agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Seusai Indonesia merdeka, terutama pada saat pemerintahan Orde Baru, Adam Malik mendapat posisi strategis. Ia sering mendapat sematan sebagai Trio Soeharto-Sultan HB IX- Adam Malik. 

Sejak 1966 sampai 1977 ia berubah sebagai Wakil Perdana Menteri II atau Menlu ad Interim dan Menlu RI. Ia berada di berbagai perundingan penting sejak awal sebagai Menlu RI, mulai mempersiapkan ASEAN dan tidak percaya menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26 di New York.Ia berada di puncak karier. Peranannya begitu strategis. Hingga sebuah penyakit merenggut kesibukannya. Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker hati. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

2. Malaysia (Tun Abdul Razak)

Abdul Razak bin Hussein atau dikenal luas dengan sebutan Tun Abdul Razak merupakan anak sulung pasangan Hussein bin Mohd Taib dan istri pertama, Hajah Teh Fatimah binti Daud.Sedari kecil, pria kelahiran Pulau Keladi, Pahang, Malaysia, pada 11 Maret 1922 tumbuh bersama kakeknya. Meski berasal dari keluarga aristokrat, Abdul Razak tetap bersekolah rendah hati dan tidak boleh sombong.Ia memilih berjalan tanpa alas kaki ke sekolah karena ia tidak ingin merasa terasing dari teman-teman-teman karena mereka tidak dapat membeli sepatu.Pedoman hidup tersebut selalu dipegangnya erat sampai ke negeri orang. Abdul Razak sempat menempuh studi di Inggris. Ia menerima beasiswa untuk belajar hukum di London.Sepulang dari Inggris, Razak mulai memasuki dunia politik dengan bergabung bersama UMNO atau United Malays National Organization . Kelihaiannya berjejaring dan berkomunikas membawanya berada di pucuk tertinggi sebagai Ketua UMNO. Melalui UMNO, Tun Razak berperang melawan Persatuan Malaya dan kemerdekaan dari Inggris. Setelah Malaysia merdeka tahun 1957, Tun Abdul Razak diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri. Pada tahun 1970, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj mengundurkan diri dan Tun Abdul Razak bin Haji Dato 'Hussein al-Haj menjadi Perdana Menteri ke-2 Malaysia.Masa jabatannya sebagai Perdana Menteri pembangunan dan pembangunan Malaysia, terutama di bidang-bidang seperti ekonomi pedesaan, hubungan internasional, pendidikan, dan persatuan.Pada tahun 1969, Tun Abdul Razak didiagnosis terjangkit leukemia. Meski begitu, ia tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai Wakil Perdana Menteri dan kemudian Perdana Menteri Malaysia.

Penyakitnya itu memang sempat disembunyikan dari para kerabat dan kolega. Maut tak dapat dihindarkan. Pada 14 Januari 1976, Tun Abdul Razak meninggal di sebuah rumah sakit di London. Dia dimakamkan di Mausoleum Pahlawan (Makam Pahlawan), Masjid Negara, Kuala Lumpur di samping teman bayangan, Tun Dr Ismail bin Abdul Rahman. Semoga ia beristirahat dalam damai.

3. Thailand (Thanat Khoman)

Thanat Khoman lahir di Bangkok, Thailand, pada 9 Februari 1914. Pria berdarah Thailand-Tiongkok tersebut sangat berjasa bagi pembukaan pangkalan militer Amerika Serikat di Thailand selama Perang Vietnam. Ia terkenal sebagai diplomat ulung. Kemahirannya berdiplomasi terasah sejak dirinya menempuh studi di Assumption University di Bangkok pada tahun 1940, lalu melanjutkan studi untuk gelar Master Hukum di Universitas Bordeaux, dan menyelesaikan gelar doktor di Universitas Paris, Prancis. 

Khoman kerap dipercaya sebagai duta besar di berbagai negara, mulai kedutaan Thailand di Tokyo, Washington DC, New Delhi dan New York. Dari 1959 hingga 1971, ia menjadi Menteri Luar Negeri Thailand di dua kabinet berbeda. Ia pun menjadi anggota Komisi Hukum Internasional PBB.“Dr. Thanat Khoman merupakan seorang negarawan dengan kemauan yang kuat, yang menjadikan misinya untuk menghormati kehormatan Thailand dengan kesabaran, toleransi, kesetiaan, kejujuran yang tak tergoyahkan, keberanian dan keanggunan, ”tulis Amarin Khoman pada buku DR.Thanat Khoman: The Wit & Wisdom of The Pendiri Asean Terkemuka . Setelah tak lagi seseorang Menlu, Thanat Khoman masuk politik dunia. Ia menjadi Ketua Partai Demokrat sampai tahun 1982. Ia meninggal pada 3 Maret 2016, dengan meninggalkan banyak warisan di bidang diplomasi Thailand.

 4. Filipina (Narciso Ramos)

Tokoh Pendiri Asean yang terakhir merupakan pria kelahiran Asingan, Pangasinan, Filipina, 11 November 1900. Narciso Ramos telah merasakan asam-garam dunia diplomasi dan redaksi. Pada tahun 1934, Narciso Rueca Ramos terpilih sebagai wakil dari distrik kelima Pangasinan ke Legislatif Filipina ke-10. Kemahirannya tak diragukan lagi dan kembali terpilih di pemilu selanjutnya. Filipina merdeka, Presiden Roxas menugaskannya bersama Duta Besar Joaquin Elizalde Setelah menyiapkan dinas luar negeri negara itu dan mengorganisasi kedutaan Filipina pertama di Washington DC, Amerika. 

Dari situ, kariernya sebagai diplomat yang ada. Ramos mengubah sebagai duta besar Filipina untuk Argentina dari tahun 1949 hingga 1956. Dan banyak negara. Setelah melanglang buana, Ramos kemudian meninggalkan layanan pemerintah pada tanggal 31 Desember 1968. Ramos menerima penghargaan Legion of Honor (pangkat komandan) dan Medali Perunggu Valor untuk jasanya sebagai gerilyawan dalam Perang Dunia Kedua. Kemudian, sebagai pengakuan atas prestasinya di Dinas Luar Negeri, ia diberi Ordo Sikatuna Award (pangkat datu). (*)

 5. Singapura (S. Rajaratnam)

Sinnathamby Rajaratnam lahir pada 1915 di Jaffna, Sri Lanka. Ia tumbuh besar di Malaysia lantaran yang berpindah kerja menjadi pengawas perkebunan karet. Rajaratnam beroleh pendidikan Eropa sedari kecil.Ia mulai mengenal pendidikan politik saat kuliah Hukum di King's College, London. Di sana, ia mengenal semangat anti-imperialisme dan sangat anti-Inggris. Kuliahnya tak pernah selesai lantaran masalah ekonomi. Raja lantas bekerja sebagai jurnalis. Pada tahun 1948, ia bergabung dengan Tribun Malaya.Raja mulai meniti karier di dunia jurnalistik. Berpindah dari satu koran ke koran lain dan terakhir bekerja untuk The Straits Times.Ia sempat bertemu dengan Lee Kuan Yew pada beberapa kesempatan untuk membahas kondisi politik Singapura di bawah Inggris. Raja memutuskan untuk aktif berpolitik dan mendirikan Partai Aksi Rakyat. Pada tahun 1959, ia mengundurkan diri dari The Straits Times untuk mencalonkan diri untuk kursi Majelis Legislatif Kampong Glam. Raja dikenal sebagai tokoh anti-rasisme di Singapura. Ia turut menggelorakan gerakan, “Satu orang bersatu, tanpa memandang ras, bahasa atau agama.”  

Menteri Luar Negeri (1965), Menteri Tenaga Kerja (1968-71) dan Wakil Perdana Menteri kedua (1973). Dia diangkat sebagai Menteri Senior pada 1988 setelah dia pensiun dari politik aktif.


VIDEO SINGKAT PROVIL PENDIRI ASEAN



1 komentar:

  1. Trimakasih, Pak Agus. Jadi menambah Pengetahuan saya. Joost Jeremia Sihombing. 8i

    BalasHapus